Rabu, 19 Desember 2018

ACTIVITY BASED COSTING DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT


ACTIVITY BASED COSTING DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT

A.   Konsep ABC dan ABM
Activity-based Costing (ABC) didefinisikan sebagai sistem costing dimana terdapat biaya FOH yang dialokasikan berdasarkan aktivitas. Dibandingkan dengan sistem costing tradisional, ABC lebih akurat dalam penelusuran biaya. Pada sistem costing tradisional, hanya direct material dan direct labor yang bisa ditelusuri secara langsung ke produk.
Pada ABC selain direct material dan direct labor terdapat biaya-biaya lain yang ditelusuri secara langsung ke produk, bukan ke jumlah produk yang dihasilkan, tetapi ke aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam proses produksi.
Pada ABC basis untuk mengalokasikan overhead cost disebut driver. Ada resource driver dan activity driver. Resource driver adalah basis untuk mengalokasikan biaya suatu resource (sumber daya) ke aktivitas-aktivitas yang menggunakan sumber daya tersebut.
Pada sistem biaya tradisional overhead cost suatu pabrik biasanya dialokasikan berdasarkan jumlah pegawai atau luas bangunan. Dalam hal ini jumlah pegawai dan luas bangunan disebut sebagai basis alokasi overhead cost. Pada ABC apabila jumlah pegawai atau luas bangunan digunakan sebagai basis untuk mengalokasikan overhead cost, maka jumlah pegawai dan luas bangunan tersebut dinamakan resource driver.
Activity driver adalah basis untuk mengalokasikan biaya suatu aktivitas ke produk-produk, pelanggan, atau objek biaya final lainnya. Final maksudnya langkah terakhir dalam proses alokasi biaya produksi. Adanya bermacam-macam aktivitas yang menjadi basis alokasi biaya inilah yang membedakan ABC dengan metode alokasi biaya tradisional.
ABC mengenali aktivitas, biaya aktivitas, dan driver aktivitas pada empat level agregasi yaitu level unit, batch, produk, dan pabrik.
1.     Biaya level unit adalah biaya yang bertambah seiring dengan kenaikan jumlah unit yang diproduksi. Driver level  unit adalah ukuran aktivitas yang berbeda sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi. Semua driver level unit proporsional dengan volume produksi. Level agregrasi yang lebih tinggi dari level unit adalah level batch.

2.    Batch merupakan kumpulan unit-unit produk yang sama yang dihasilkan pada suatu proses produksi yang sama. Biaya level batch adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. 
Contoh:biaya untuk menyetel mesin (setup cost) dan penanganan material (material handling). 
Apabila material dipesan untuk setiap batch, maka biaya pengadaan material termasuk biaya level batch. Jika produk pertama setiap batch diperiksa, maka biaya pemeriksaan tersebut juga termasuk biaya level batch. 
Biaya level batch juga meliputi biaya nonproduksi. 
Misalnya: apabila produksi berdasarkan pesanan pelanggan, maka biaya pemasaran dan administrasi untuk pesanan tersebut termasuk biaya level batch. Driver biaya level batch adalah ukuran aktivitas yang berbeda sesuai jumlah batch yang diproduksi dan dijual. 
Contohnya: jumlah setup, setup hours, order produksi dan permintaan material. Level yang lebih tinggi dari level batch adalah level produk.


3.    Biaya level produk adalah biaya yang terjadi untuk mendukung terciptanya produk-produk yang berbeda. Biaya-biaya tersebut tidak terpengaruh dengan jumlah unit yang diproduksi atau dijual. 
Contohnya: biaya desain produk, pengembangan produk, pembuatan prototipe, dan production engineering.

Apabila diperlukan pelatihan bagi pegawai untuk memproses produk tersebut, maka biaya pelatihan itu termasuk biaya level produk. Apabila terdapat mesin yang khusus dibeli untuk memproses produk tersebut, maka mesin itu termasuk biaya level produk.
Jika terdapat material yang khusus untuk produk itu dan dipesan dalam jumlah besar, tidak terpisah untuk tiap-tiap batch, maka biaya pengadaan material tersebut termasuk biaya level produk.
Selain biaya produksi, ada juga biaya nonproduksi yang termasuk biaya level produk. Contohnya adalah biaya paten, riset pasar, dan promosi produk.
Driver biaya level produk adalah ukuran aktivitas yang berbeda sesuai dengan jumlah jenis produk yang diproduksi dan dijual. Contohnya: jumlah perubahan desain, design hours, jumlah bagian produk. Level yang paling tinggi adalah level pabrik.
4.    Biaya level pabrik adalah biaya yang diperlukan agar pabrik bisa berproduksi. Biaya level ini meliputi biaya sewa, depresiasi, pajak bumi dan bangunan, dan asuransi bangunan pabrik. Driver level pabrik bisa berupa luas lantai, total biaya konversi, jumlah unit, atau total biaya langsung.
Activity based management (ABM) adalah penggunaan informasi yang diperoleh dari ABC untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sebagai contoh, alokasi biaya ke produk menurut ABC dapat digunakan oleh manajemen untuk memperbaiki penetapan harga.
Contoh lain, ABC memerlukan informasi bagaimana suatu proses dikerjakan secara detail. Informasi ini membuka peluang bagi manajemen untuk melakukan perbaikan proses produksi atau meningkatkan efisiensi.

B.    Implementasi ABC Beserta Perhitungannya
CV Ilyas Ilyasa Bersaudara memproduksi hanya dua jenis produk yaitu Standar dan Spesial dengan data dan keterangan sebagai berikut:


Standar
Spesial
Total
Unit produksi
100.000
500

Direct material cost



Per unit
500
5.000

Total
50.000.000
2.500.000
52.500.000
Direct labor



Jam per Unit
0,45
10

Total jam
45.000
5.000

Total cost (Rp.200 per jam)
9.000.000
1.000.000
10.000.000

Standar
Spesial
Total
Setup
50
25
75
Perubahan desain
5
6
11
Biaya FOH: Dep. Produksi


1.500.000
Dep. Rekayasa


1.000.000
Umum


900.000
Total FOH


3.400.000
Total manufacturing Cost


65.900.000

Pekerja di departemen Produksi menggunakan 1/10 waktu kerja untuk setup mesin dan 1/10 waktu kerja untuk mempelajari keterampilan baru karena perubahan desain. Pekerja di departemen Rekayasa menggunakan 1/5 waktu kerja untuk setup mesin dan 1/5 waktu kerja untuk perubahan desain. Pekerja di departemen Umum menggunakan 4/9 waktu kerja untuk setup mesin dan 2/9 waktu kerja untuk perubahan desain. Berdasarkan data dan keterangan di atas, dapat dihitung biaya setup dan biaya desain yang dilakukan oleh pekerja pada departemen Produksi, Rekayasa, dan Umum sebagai berikut:

 o Biaya setup dari departemen Produksi: 1/10 x 1.500.000 = 150.000
o Biaya perubahan desain dari departemen Produksi: 1/10 x 1.500.000 = $150.000
 o Biaya setup dari departemen Rekayasa: 1/5 x 1.000.000 = 200.000
o Biaya perubahan desain dari departemen Rekayasa: 1/5 x 1.000.000 = 200.000
o Biaya setup dari departemen umum: 4/9 x 900.000 = 400.000
o Biaya perubahan desain dari departemen umum: 2/9 x 900.000 = 200.000

 Formasi activity cost pools:

Dep. Produksi
Rekayasa
Umum
Total
Total FOH
1.500.000
1.000.000
900.000
3.400.000
Dikurangi biaya:




Setup
150.000
200.000
400.000
750.000
Ubah desain
150.000
200.000
200.000
550.000

300.000
400.000
600.000
1.300.000
FOH lain-lain
1.200.000
600.000
300.000
2.100.000






Perhitungan alokasi biaya produk menggunakan system alokasi Activity Based Costing adalah sebagai berikut:
 Tarif FOH:
Level Batch: 750.000 (FOH) / 75 (jumlah setup) = 10.000 per setup
Level Produk: 550.000 / 11 (ubah desain) = 50.000 per ubah desain
Level Pabrik:2.100.000 (FOH lain-lain)/50.000 (DLH) =42 per DLH


Standar
Spesial
Total
Direct material cost
50.000.000
2.500.000
52.500.000
Direct labor
9.000.000
1.000.000
10.000.000
FOH



10.000 x 50 setup
500.000


10.000 x 25 setup

250.000
750.000
50.000 x 5 ubah desain
250.000


50.000 x 6 ubah desain

300.000
550.000
42 x 45.000 DLH
1.890.000


42 x 5.000 DLH

210.000
2.100.000
Total cost
61.640.000
4.260.000
65.900.000
Unit diproduksi
100.000
500

Cost per unit
616
8.520


C.    Perbedaan Penerapan ABC dan Traditional costing system
Apabila CV Ilyas Ilyasa Bersaudara menggunakan sistem alokasi biaya tradisional maka alokasi biaya ke produk Standar dan Spesial adalah sebagai berikut:

Tarif FOH: 3.400.000 (total FOH) / 50.000 (DLH) = 68 per DLH

Standar
Spesial
Total
Direct material cost
50.000.000
2.500.000
52.500.000
Direct labor
9.000.000
1.000.000
10.000.000
FOH:



68 x 45.000 DLH
3.060.000


68 x 5.000 DLH

340.000
3.400.000
Total cost
62.060.000
3.840.000
65.900.000
Unit diproduksi
100.000
500

Cost per unit
621
7680


Ternyata terdapat perbedaan alokasi biaya untuk produk standar dan spesial apabila menggunakan sistem alokasi biaya tradisional dibandingkan dengan ABC.
Alokasi biaya produk standar menurut sistem alokasi biaya tradisional sebesar Rp621,00 sedangkan menurut ABC sebesar Rp616,00, terdapat selisih Rp5,00. Alokasi biaya produk spesial menurut sistem alokasi biaya tradisional sebesar Rp 7.680,00 sedangkan menurut ABC sebeser Rp8.520,00. Terdapat selisih Rp840,00 atau sebesar 10,94% menurut sistem alokasi biaya tradisional. Perbedaan alokasi biaya antara sistem tradisional dan ABC bisa direkonsiliasi sebagai berikut:

Alokasi FOH
Tradisional (satu tarif,dasar:DLH)
ABC (tiga tarif)
Standar
45.000/50.000=90%
1. level batch: 50/75=66,67%
2. level produk: 5/11= 45,45%
3. level pabrik: 45.000/50.000= 90%
Spesial
5.000/50.000=10%
1. level batch: 25/75=33,33%
2. level produk: 6/11= 54,54%
3. level pabrik: 5.000/50.000= 10%

Standar
Biaya standar menurut traditional costing

Total
Per unit
Penyesuaian

62.060.000
621
Kelebihan biaya level batch:



750.000 x (90% - 66,67%)
175.000


Kelebihan biaya level produk



550.000x (90% - 45,45%)
245.000


Total penyesuaian

420.000
4
Biaya standar menurut ABC

61.640.000
616





Spesial
Biaya standar menurut traditional costing

Total
Per unit
Penyesuaian

3.840.000
7.680
Kelebihan biaya level batch:



750.000 x (90% - 66,67%)
175.000


Kelebihan biaya level produk



550.000x (90% - 45,45%)
245.000


Total penyesuaian

420.000
840
Biaya standar menurut ABC

4.260.000
8.520





D.    Kaitan antara ABC dan ABM
 Informasi dari ABC dapat membantu manajemen untuk memanfaatkan kekuatannya. Dari contoh produk standar dan spesial pada ilustrasi sebelumnya dapat dilihat bahwa ada perbedaan alokasi biaya menurut traditional costing dan ABC.
Dari selisih harga tersebut manajemen bisa menyesuaikan harga jual. Selain itu, dengan menerapkan ABC, manajemen harus menyediakan beberapa informasi yang tidak diperlukan pada traditional costing. Penerapan ABC memerlukan pengukuran activity cost pool, yaitu total cost tiap-tiap aktivitas yang signifikan. Selanjutnya activity driver terbaik harus dipilih untuk mengalokasi tiap-tiap activity cost pool. Dengan demikian, ABC dan ABM menyediakan pandangan baru terkait efisiensi suatu proses.
Pada umumnya sistem tradisional melaporkan biaya untuk tiap-tiap manajer sesuai dengan area tanggung jawabnya. Overhead cost yang dilaporkan bisa dirinci ke unsur-unsurnya seperti indirect material, indirect labor, supplies, dan listrik. Sistem tradisional juga bisa menyediakan informasi total cost untuk tiap cost center yang digunakan dalam proses produksi. Namun, sistem tradisional tidak memerlukan pengamatan yang mendalam bagaimana suatu proses dikerjakan.
Sistem tradisional hanya mencatat berapa biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan suatu proses. Tidak demikian dengan ABM yang sangat memerlukan informasi bagaimana suatu proses dikerjakan secara detail sehingga memungkinkan perbaikan proses produksi atau peningkatan efisiensi.

sumber: buku ajar Akuntansi Biaya 

RINGKASAN
1.     Activity-based Costing (ABC) didefinisikan sebagai sistem costing dimana terdapat biaya FOH yang dialokasikan berdasarkan aktivitas.
2.    Pada ABC basis untuk mengalokasikan overhead cost disebut driver. Ada resource driver dan activity driver.
3.    ABC mengenali aktivitas, biaya aktivitas, dan driver aktivitas pada empat level agregasi yaitu levet unit, batch, produk, dan pabrik.
4.    Activity based management (ABM) adalah penggunaan informasi yang diperoleh dari ABC untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Informasi dari ABC dapat membantu manajemen untuk memanfaatkan kekuatannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar