Sabtu, 06 Oktober 2018

RESUME PERTEMUAN 5 dan 6 “PROCESS COSTING”

RESUME PERTEMUAN 5 dan 6
“PROCESS COSTING”

Konsep dasar dan Karakteristik terkait metode proses

Process Costing merupakan cara penentuan harga pokok dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk mengolah produknya secara massa. Process costing cocok untuk industri yang memproduksi produk homogen dan di mana produksi aliran kontinu. Sebuah proses dapat disebut sebagai sub-unit organisasi khusus yang ditetapkan untuk biaya pengumpulan tujuan.

Dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.

Metode biaya proses digunakan untuk barang-barang yang diproduksi melalui pengolahan yang berkesinambungan atau melalui proses produksi massal. Keadaan seperti ini terdapat dalam perusahaan industri yang menghasilkan komoditi seperti plastik, minyak bumi, tekstil, baja, gandum, dan gula.
Metode biaya proses juga digunakan oleh perusahaan yang memproduksi barang-barang seperti sekrup, alat-alat elektronik ringan, dan oleh industri perakitan (mobil, pesawat terbang, dan perkakas rumah tangga). Beberapa perusahaan umum (gas, air minum, dan listrik) juga mengkalkulasi biaya produksinya dengan metode biaya proses.


Karakteristik dari kalkulasi biaya proses adalah:
Biaya dibebankan ke perkiraan barang dalam proses pada setiap departemen.
Laporan biaya produksi digunakan untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan, dan menghitung biaya per unit dan biaya total.
Barang dalam proses pada akhir periode akan dinilai kembali dalam satuan unit ekuivalen (artinya, dihitung berapa unit barang jadi yang setara dengan barang dalam proses tersebut).
Biaya-biaya dari unit-jadi pada suatu departemen akan ditransfer ke departemen pengolahan berikutnya agar pada akhirnya dapat diketahui biaya total untuk barang jadi selama satu periode, dan biaya yang harus dibebankan ke barang dalam proses.


Proses Produksi menggunakkan metode proses – Weighted Average Method

Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan kepada biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata- rata tertimbang, harga ini kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang dengan cara mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya.

Contoh Kasus
Sebuah perusahaan yang menerapkan metode harga pokok proses, memberikan data yang berkaitan dengan proses produksi selama bulan Januari 2007 sbb :
Jumlah produk dalam proses pada awal bulan 2.000 unit
Jumlah produk yang masuk proses 15.000 unit
Jumlah produk jadi 13.000 unit
Jumlah produk dalam proses pada akhir bulan 4.000 unit, dengan tingkat penyelesaian : bahan baku 75%; upah langsung 50%; dan overhead 60%
Nilai persediaan awal produk dalam proses Rp. 352.000,00 yang terdiri dari :
Bahan baku Rp.  200.000,00
Upah Langsung Rp.    80.000,00
BOP Rp.    72.000,00
Jumlah biaya sebenarnya selama bulan tersebut :
Bahan baku Rp. 1.480.000,00
Upah langsung Rp. 1.090.000,00
BOP Rp.    898.200,00
Hitunglah nilai persediaan produk jadi dan nilai persediaan akhir produk dalam proses dengan menggunakan metode rata-rata
Penyelesaian

Data produksi :

Jumlah produk dalam proses awal   2.000 unit
Jumlah yang dimasukkan dalam proses 15.000 unit
Total yang siap diproses 17.000 unit
Produk jadi ditransfer ke gudang 13.000 unit
Produk dalam proses akhir   4.000 unit


Perhitungan biaya produksi per unit :

Unsur BP
Biaya pada PDP
Biaya produksi periode ini
Total Biaya
Unit Ekuivalensi
BP Perunit

Biaya BB
Biaya TKL
Biaya OP
Rp.   200.000
  80.000
  72.000
Rp.     1.480.000
1.090.000
   898.200
Rp.   1.680.000
1.170.000
   970.200
16.000
15.000
15.400
  Rp.     105
  78
  63

Jumlah
Rp.   3.820.200

Rp.     246


Perhitungan HPP selesai dan persediaan produk dalam proses :

HPP selesai yang ditransfer ke gudang
13.000 * Rp. 246

Rp.   3.198.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :

Biaya BB
Biaya TKL
Biaya OP
4000 * 75% * 105 = 
4000 * 50% * 78   =
4000 * 60% * 63   =
315.000
156.000
151.200



            622.200

Jumlah biaya produksi bulan Januari 2007

Rp.   3.820.200



Proses produksi menggunakkan metode proses - FIFO

Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses (belum selesai diproses), kemudian sisanya digunakan untuk mengolah  produk yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan unit ekuivalensi, tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.

Contoh Kasus

Sebuah perusahaan yang menerapkan metode harga pokok proses, memberikan data yang berkaitan dengan proses produksi selama bulan April 2007 sbb :
Jumlah produk yang masih dalam proses pada awal bulan 20.000 unit, dengan tingkat penyelesaian : bahan baku 90%; upah langsung 70%; dan overhead 80%
Produk yang masuk proses selama bulan tersebut 60.000 unit.
Jumlah produk jadi 65.000 unit.
Jumlah produk yang masih dalam proses pada akhir bulan 15.000 unit, dengan tingkat penyelesaian : bahan baku 100%; upah langsung 60%; dan overhead 75%
Nilai persediaan awal produk dalam proses Rp. 858.000,00
Jumlah biaya sebenarnya selama bulan tersebut :
Biaya bahan baku Rp. 1.302.000,00
Biaya tenaga kerja lgs Rp. 1.020.000,00
BOP Rp. 1.205.000,00
Hitunglah nilai persediaan produk jadi dan nilai persediaan akhir produk dalam proses dengan menggunakan FIFO costing

Penyelesaian

Data produksi :
Jumlah produk dalam proses awal 20.000 unit
Jumlah yang dimasukkan dalam proses 60.000 unit
Total yang siap diproses 80.000 unit
Produk jadi ditransfer ke gudang 65.000 unit
Produk dalam proses akhir 15.000 unit

Perhitungan unit ekuivalensi dengan metode MPKP (FIFO) :


Biaya BB
Biaya TKL
Biaya OP


Persediaan produk dalam proses awal
Produk selesai
Produk dalam proses akhir


  2.000 *)
45.000
15.000

  6.000
45.000 **)
  9.000

  4.000
45.000
11.250 ***)

Jumlah unit ekuivalensi
62.000
60.000
60.250


Keterangan :
*)    Jumlah produk dalam proses awal * (100% - tingkat penyelesaian produk dalam proses awal)
       20.000 unit * (100% - 90%) = 2.000 unit

**)   Jumlah Produk yang ditransfer – jumlah produk dalam proses awal
       65.000 unit – 20.000 unit = 45.000 unit

***) Jumlah produk dalam proses akhir * tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir
       15.000 unit * 75% = 11.250 unit
Perhitungan biaya produksi per unit dengan metode FIFO  :

Unsur BP
Total Biaya
Unit Ekuivalensi
BP Perunit


Biaya BB
Biaya TKL
Biaya OP


1.302.000
1.020.000
1.205.000

62.000
60.000
60.250

21
17
20

Jumlah
Rp.  3.527.000
-
Rp.        58


Perhitungan HPP selesai dan produk dalam proses :


HPP selesai yang ditransfer ke gudang :


   Harga pokok persediaan produk dalam proses awal :
       
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal :

Rp.       858.000


Biaya BB
Biaya TKL
Biaya OP
10% * 20.000 * 21  =
30% * 20.000 * 17  =
20% * 20.000 * 20  =
    42.000
  102.000
    80.000



              224.000





  1.082.000

Harga pokok produk dari produksi sekarang
        45.000 * Rp. 58

Harga pokok selesai yang ditransfer ke gudang

Harga pokok produk dalam proses akhir :

             2.610.000

Rp.    3.692.000


Biaya BB
Biaya TKL
Biaya OP
100% * 15.000 * 21 =
  60% * 15.000 * 17 =
  75% * 15.000 * 20 =
  315.000
  153.000
  225.000



       693.000

Jumlah biaya bulan April 2007

Rp.    4.385.000




PENJURNALAN MENGGUNAKKAN METODE PROSES

Biaya Bahan (BB)
Biaya bahan terdiri dari bahan baku dan bahan penolong.
Jurnal :
Mencatat pembelian bahan

Persediaan bahan baku                        Rp xx              –
Persediaan bahan penolong                 Rp xx              –
Kas/utang dagang                               –           Rp xx

Pada saat bahan dipakai dalam proses produksi

(Mencatat pemakaian bahan baku)

BDP-BBB                                           Rp xx              –
Persediaan bahan baku                        –           Rp xx
Keterangan: BDP-BBB singkatan dari Barang dalam proses-Biaya bahan baku
(Mencatat pemakaian bahan penolong)

BDP-BB Penolong                             Rp xx              –
Persediaan bahan penolong                 –           Rp xx
Biaya Tenaga Kerja (BTK)
Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Jurnal daftar gaji dan upah:
Gaji dan upah                                      Rp xx              –
Utang gaji dan upah                            –           Rp xx

Jurnal gaji dan upah dibebankan kepada produk (akhir periode) :
BDP-BTK                                           Rp xx              –
Gaji dan upah                                      –           Rp xx
Biaya Overhead Pabrik
Semua biaya produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja disebut biaya overhead pabrik (BOP). Jika perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, maka BOP dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah pengeluaran BOP yang sesungguhnya.

Jurnal pencatatan BOP:
BOP sesungguhnya                             Rp xx              –
Berbagai rekening dikredit                 –           Rp xx
(Jika jenis BOP tidak disebutkan satu persatu)

Jurnal BOP dibebankan kepada produk:
BDP – BOP                                        Rp xx              –
BOP sesungguhnya                             –           Rp xx
(Mencatat pembebanan BOP)

Jurnal pemindahan rekening produk selesai ke persediaan produk jadi:
Persediaan produk jadi                       Rp xx              –
BDP-BBB                                           –           Rp xx
BDP-BB Penolong                             –           Rp xx
BDP-BTK                                           –           Rp xx
BDP-BOP                                           –           Rp xx
(Mencatat produk jadi)

Jurnal persediaan akhir barang dalam proses:
Persediaan barang dalam proses         Rp xx              –
BDP-BBB                                           –           Rp xx
BDP-BB Penolong                             –           Rp xx
BDP-BTK                                           –           Rp xx
BDP-BOP                                           –           Rp xx
(Mencatat produk dalam proses pada ahir periode)

Rabu, 03 Oktober 2018

Resume Pertemuan 4

“JOB ORDER COSTING”

Konsep dasar dan karakteristik terkait metode pemesanan

Dalam job order costing (job costing) biaya produksi
akan diakumulasikan terpisah untuk setiap pesanan
(job).

Hal ini berbeda dengan bentuk process costing,
dimana pada proses ini seluruh biaya diakumulasikan
untuk satu kegiatan produksi, misalnya untuk setiap
departemen.

Setiap pesanan produk yang menggunakan job order costing, harus
dapat diidentifikasikan secara terpisah. 
• Selain dari itu, rincian setiap pesanan akan tercatat ke dalam job
order cost sheet (cost sheet).
• Isi dan susunan cost sheet antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain dapat berbeda. 


Pencatatan akuntansi yang dibutuhkan untuk job order costing meliputi 8 (delapan) tipe jurnal akuntansi, yaitu:

1. Pembelian bahan baku (Material)
2. Biaya Tenaga Kerja yang dibutuhkan (Labor)
3. Biaya Overhead yang dibutuhkan
4. Bahan baku yang terpakai
5. Biaya Tenaga Kerja yang terpakai
6. Perkiraan biaya overhead pabrik yang digunakan
7. Pesanan selesai
8. Penjualan produk

Pencatatan Akuntansi untuk Bahan Baku
• Pembelian bahan baku.
• Pencatatan pembelian bahan baku serupa dengan
pencatatan persediaan berdasarkan sistem perpetual.

Material     XXX
 Account Payable    XXX…. (1)

Bahan Baku yang terpakai/digunakan
• Untuk pencatatan penggunaan material,
sebelumnya harus dapat dipisahkan mana yang
merupakan direct material maupun indirect
material. 
• Direct material dihitung berdasarkan materials
requisitions (dokumen permintaan material).
• Pencatatan direct material ini akan dipisahkan
dengan indirect material.

• Mencatat penggunaan direct material
Work in Process   XXX
  Material      XXX….. (2)

• Mencatat penggunaan indirect material
Factory Overhead Control XXX
  Material      XXX…. (3)


Pencatatan Akuntansi untuk Tenaga Kerja
Biaya Tenaga Kerja yang terjadi
• Dilakukan untuk mencatat perkiraan payroll yang
terjadi untuk setiap periodenya.

Payroll     XXX
 Accrued Payroll    XXX…. (4) 


Biaya Tenaga Kerja yang didistribusikan
• Sama halnya dengan perlakuan pada bahan baku,
untuk pencatatan pada tenaga kerja juga diperlukan
pemisahan antara direct labor cost dengan indirect
labor cost. 

• Direct labor cost berdasarkan labor time tickets
(dokumen yang menunjukkan waktu kerja tiap pekerja
pada satu job).

• Mencatat direct labor cost
 Work in Process   XXX
 Payroll      XXX…. (5)

• Mencatat indirect labor cost
 Factory Overhead Control  XXX
 Payroll      XXX…. (6)


Estimasi Pemakaian Overhead Pabrik

• Sebagian biaya overhead baru bisa dihitung pada
akhir periode (listrik, air)
• Pembebanan biaya overhead untuk produk harus
segera dilakukan 
• Solusi: overhead pabrik yang terpakai dihitung dengan
menggunakan tarif (predetermined overhead). 

• Tarif dihitung berdasarkan estimasi biaya overhead selama
satu tahun dibagi cost driver (base)
• Cost driver adalah aktivitas yang memicu timbulnya biaya
• Misalnya aktivitas produksi yang diukur dengan jumlah jam
kerja (direct labor hours), jam mesin (machine hours),
biaya material yang dipakai.
• Dipilih yang paling erat hubungannya dengan biaya
overhead

• kerja langsung, jam mesin dan lain-lain. 
• FOH yang dibebankan ke dalam suatu pesanan disebut applied overhead, dan dapat dicatat sebagai berikut:
Work in Process    XXX
  Applied Factory Overhead   XXX…. (7)

Pencatatan untuk Overhead Pabrik aktual
• Biaya Overhead Pabrik yang terjadi dicatat pada akun
Factory overhead control

Factory Overhead Control  XXX
  Accumulated Depreciation    XXX
  Prepaid Insurance    XXX
  Account Payable      XXX…. (8)

Penutupan Akun “Factory Overhead
Applied”
• Pada akhir tahun akun Factory Overhead Applied
ditutup ke akun Factory Overhead Control sebagai
berikut:

  Applied Factory Overhead   XXX
  Factory Overhead Control   XXX…. (10)
 
• Kondisi overhead “underapplied” (applied FOH < FOH aktual)
dapat dikategorikan sebagai unfavorable cost variance

• Kondisi overhead “overapplied” (applied FOH > FOH aktual)
dapat dikategorikan sebagai favorable cost variance

• Apabila jumlahnya kecil ditutup ke COGS (pembahasan
lanjutan di Chapter 12 Carter)
 

Pencatatan Akuntansi untuk Pesanan yang
telah Selesai
• Apabila pesanan yang dipesan telah selesai di
produksi, maka proses selanjutnya adalah
mengakumulasikan seluruh biaya yang telah terjadi
pada proses produksi untuk dicatat dalam bentuk
“Finished Goods”.

Finished Goods   XXX
  Work in Process    XXX…. (11)

Pencatatan Akuntansi untuk Produk yang
Terjual 
• Seluruh produk yang telah selesai di produksi dapat
berarti terjual seluruhnya, atau ada beberapa bagian
yang ditahan sebagai bentuk persediaan pada
perusahaan. 

Account Receivable    XXX 
 Sales        XXX…. (12)

Cost of Goods Sold     XXX
  Finished Goods      XXX…. (13) 

Sekian resume pertemuan 4 kali ini, semoga bermanfaat. Wassalamualaikum wr wb ^^
Pertemuan 3
An Introduction to Cost Terms and Purposes
Definisi Cost Object
Untuk memandu keputusan yang akan dibuatnya, manajer ingin mengetahui berapa biaya suatu hal seperti biaya produk, mesin ,layanan, ataupun proses. Kita menyebut hal ini sebagai Objek Biaya (Cost Object), untuk menunjukkan sesuatu yang biayanya ingin diukur.

Sehingga Pengertian Objek Biaya adalah setiap item, seperti produk,Pelanggan, departmen, proyek, aktifitas, dsb dimana biaya diukur dan dibebankan.
Contohnya :Pensil  adalah cost object jika anda menentukan berapa harga pokok pensil tsb.
Cost object atau tujuan biaya (cost objective) adalah suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur.
Objek biaya adalah objek apapun, seperti :
Produk;
Pesanan Pelanggan;
kontrak
departemen;
proyek;
aktivitas;
proses;
tujuan strategi.

Konsep Cost Object merupakan ide yang paling berkaitan dengan akuntansi. Penyeleksian cost object menentukan jawaban yang mendasar tentang biaya. Mengapa?
Karena kebutuhan dalam menemukan biaya, merencanakan dan mengendalikan, sistem akuntansi biaya merupakan sistem multidimensi. Sebagai contoh, Perlunya menetapkan biaya pada setiap unit produk dan juga perlu untuk merencanakan dan mengendalikan biaya untuk setiap manajer yang memiliki tanggung jawab dalam departemen, letak geografi atau basis fungsi. Desain dari sistem akuntansi biaya dari implementasinya harus memperhatikan kebutuhan yang beragam ini.

Definisi Direct Cost dan Indirect Cost
Biaya dapat secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan objek  biaya. Objek biaya dapat berupa apa pun,  seperti produk,  pelanggan, departemen  proyek, aktivitas,  dan sebagainya,  yang diukur biayanya dan dibebani biaya. Pembebanan biaya secara akurat ke objek biaya sangatlah penting. Untuk dapat mengevaluasi kinerja dari masing-masing segmen dengan baik, perlu diketahui biaya-biaya mana yang dapat ditelusuri secara langsung ke suatu segmen.

Berdasarkan penelusuran ke objek biaya, biaya dikelompokan menjadi dua kategori yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost):

Biaya langsung adalah biaya yang dapat dipisahkan dan dikenali secara langsung digunakan untuk memproduksi suatu satuan output. Contoh biaya langsung dalam mobil yaitu Ban, Kulit, Cat, Baja dan tenaga kerja di lini produksi.

Biaya tak langsung adalah biaya gabungan (joint cost) atau biaya – biaya overhead untuk semua satuan output yang diproduksi. Contoh biaya tidak langsung adalah gaji, lem, tenaga kerja kebersihan dan eksekutif perusahaan.



Cost Systems dan Accumulation (physical flow dan cost flow)
Sistem biaya proses dirancang untuk menetapkan biaya ke sejumlah besar produk homogen yang melewati serangkaian proses. , suatu proses adalah serangkaian kegiatan (operasi) yang terhubung untuk melakukan tujuan tertentu.

Arus Biaya:
Aliran biaya dalam sistem biaya proses dilacak dan diakumulasi oleh proses. Setiap proses, dengan demikian, akan memiliki akun WIP terpisah untuk melacak biaya produksi.
Ketika barang diselesaikan dalam satu proses, mereka ditransfer dengan biaya mereka untuk proses selanjutnya.
 Biaya yang ditransfer dari proses sebelumnya ke proses selanjutnya disebut sebagai biaya yang ditransfer . Biaya barang yang ditransfer ke dalam suatu proses dapat dianggap sebagai suatu jenis biaya “bahan mentah” yang ditambahkan pada awal proses.